SELAMAT DATANG DI ALLBABEL | SEMUA TENTANG WISATA BANGKA BELITUNG ADA DISINI

Pantai (Laut) Nek Aji Toboali - Bangka Selatan

Berkunjung ke kota Toboali yang terletak di ujung selatan pulau Bangka menjadi sensasi tersendiri, karena kota yang terletak kurang lebih 130 km dari kota Pangkalpinang ini memiliki cerita dan nuansa khas berbeda dibandingkan bila Anda berkunjung ke kota-kota lain di pulau Bangka. Banyak hal menarik terkait kota yang merepresentasikan wilayah selatan pulau Bangka ini. Salah satunya adalah dialek bahasa Melayu-nya yang tidak biasa yakni cara berbicaranya sangat cepat dan unik. Misal dalam pengucapan huruf ‘s’ seringkali diucapkan menjadi huruf ‘h’ sehingga bisa membuat telinga ‘tertipu’ dalam artian salah menangkap makna kata. Jika ada yang mendengar kata ‘hape’....itu artinya ‘siapa’ bukan ‘hp’, sehingga di kalangan orang Bangka beredar anekdot, kalau mau ‘hp’ gratis datanglah ke Toboali.
 
Toboali juga dikenal sebagai sentra belacan/terasi Bangka yang legendaris, kota lumbung sahang – sebutan orang Bangka untuk lada putih, kota nanas (terkenal dengan nanas Bikang-nya), festival Teluk Serujo, hingga ritual ‘kawin Haredek’ alias kawin massal yang merupakan tradisi turun temurun setelah panen sahang, serta cerita-cerita tentang kemampuan ‘ngilmu’ alias ilmu santet dan sejenisnya yang dimiliki masyarakat Bangka Selatan.
 
Toboali sendiri merupakan ibukota Kabupaten Bangka Selatan, dan seperti kota-kota lain di Kepulauan Bangka Belitung, sejarahnya tidak terlepas dari keberadaan timah dan ‘sahang’ alias lada.  Bila Anda mengelilingi kota yang posisinya tepat di pesisir pantai ini, akan terlihat sejumlah bangunan tua berusia di atas 50 tahun, hal ini menandakan bahwa dahulu kota ini  memiliki peran penting dalam perekonomian pulau Bangka. Dan, tepat di jantung kota masih berdiri beberapa bangunan bernilai sejarah, seperti Benteng Toboali, Gedung Wisma Samudra yang pernah dikunjungi Bung Karno ketika dibuang ke kota Mentok, Bangka Barat pada tahun 1949, Gedung Nasional yang dibangun secara swadaya melalui sumbangan uang rakyat, bangunan-bangunan rumah, mesjid, kelenteng, dan sebagainya. Adanya gedung serta bangunan-bangunan tersebut telah menandakan bahwa kota ini pernah berjaya sebelum era kemerdekaan RI. Posisi pelabuhan pun terletak di jantung kota, sehingga aura sebagai kota pelabuhan tua pun sangat terasa. Begitu juga ketika memasuki perkampungan yang terletak di tengah kota, masih bisa ditemui bangunan rumah-rumah panggung khas negeri tanah Melayu.
 
Kota Toboali ini sangat menarik, ia memiliki pantai yang dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki.  Mengapa tidak, bila mengunjungi Gedung Wisma Samudra, Benteng Toboali, maupun Gedung Nasional, kita akan melihat pantai di seberangnya. Begitu pula perkampungan yang ada di tengah kota, ternyata dibangun tepat di pesisir pantai. Wajar apabila warga kota ini mau melihat pantai, tak perlu menempuh jarak dengan hitungan kilometer, cukup beberapa ratus, puluh, bahkan hitungan meter saja. Salah satunya adalah pantai yang berada tepat di belakang bangunan rumah tua khas peninggalan Belanda yang sekarang dijadikan Kantor Pos Toboali.
 
scr:tribunnews
Pantai itu dikenal dengan nama Laut Nek Ajie. Entah dari mana asal nama pantai ini, yang pasti kata ‘Nek’ menunjukkan sebutan untuk orang tua berkelamin perempuan, kata ’Ajie’ bisa menunjukkan nama orang atau sebutan bagi nenek-nenek dari kalangan Tionghoa, atau nama seseorang dari masa lalu. Sementara kata ’Laut’ merupakan sebutan orang Bangka untuk pantai. Namun apapun namanya, pantai ini terasa sangat strategis, karena dekat dan terjangkau. Cukup berjalan kaki sudah dapat menikmati pasir putih, gelombang air laut serta hembusan anginnya, serta pemandangan air laut yang biru kehijauan dengan latar belakang perbukitan hijau.  Wajar saja bila pantai yang lokasinya hanya satu lemparan batu dari pusat kota Toboali ini kemudian dijadikan pusat aktifitas yang sewaktu-waktu bisa diubah menjadi tempat kerumunan massa. Salah satu event pariwisata menarik yang dilaksanakan di Laut Nek Ajie ini adalah event Toboali City on Fire  yang dilaksanakan pada bulan Oktober. Saat itu pantai yang biasanya bersuasana tenang, sontak riuh ramai karena kunjungan ribuan warga mulai dari anak kecil, remaja, orang dewasa, hingga orang tua, berkumpul mengikuti beragam kegiatan dari pagi hingga malam.  
 
Adapun keistimewaan pantai ini selain letaknya di jantung kota, juga sangat nyaman walau pada siang hari yang panas karena pantai ini dinaungi deretan pohon rindang sebagai peneduh. Jadi pantai ini sangat ideal bagi pengunjung yang enggan dengan panas sinar matahari. Disamping posisi pantainya landai dan tidak berhadapan dengan laut lepas, juga aman bagi anak-anak. Pemandangan perbukitan gunung Namak yang hijau menjadikan pantai ini terasa lengkap.  Laut Nek Ajie bagi warga Toboali adalah pusat rekreasi andalan di  kota ini. (src:visibangkabelitung)