Menenun cual awalnya merupakan aktivitas perempuan Bangsawan Muntok, Bangka Barat, keturunan Ence' Wan Abdul Haiyat di Kampung Petenon, pada abad ke-18. Tenun cual mulanya merupakan kain adat Muntok yang berarti celupan awal pada benang yang akan diwarnai.
Kemeja & bahan motif cual tekhnik printing, pesanan dalam jumlah banyak, ready stock (6000 meter/ tahun).
Kemeja & bahan sarimbit motif cual tekhnik cap, stock terbatas, sesuai pesanan, wania dan motif bisa khusus (2400 meter/tahun).
Cendramata dan aksesoris khas Bangka, seperti hiasan dinding, syal, mainan kunci dll.
Melayani training/ magang tekhnik menenun cual.
Unit penjualan bahan baku & peralatan (60 unit/tahun).
Unit simpan pinjam khusus bagi perajin.
Kualitas II (dua helai benang pakan), selendang Besar (P.225cm, L.56cm) Bahan baku sutra tanpa campuran, Rp. 3.500.000,- s/d Rp. 6.700.000,-
Kualitas I (sehelai benang pakan), selendang kecil (P. 190cm, L.56cm) Bahan baku sutra tanpa campuran, Rp. 2.800.000,- s/d Rp. 3.400.000,-
Kualitas II (dua helai benang pakan), selendang kecil (P. 190cm, L.56cm) Bahan baku sutra tanpa campuran, Rp. 1.800.000,-s/d Rp. 2.800.000,-
Kualitas III (tiga helai benang pakan), selendang kecil(P.190cm, L.56cm) Bahan baku sutra tanpa campuran, Rp. 1.300.000,- s/d Rp. 1.700.000,-
Lalu dimasukkan ke dalam tabung atau dibungkus plastik lalu disimpan dalam lemari kayu.
Jauhkan dari cahaya matahari langsung dan air.
Tabung atau lemari penyimpanan diberi lada atau cengkeh yang ditakuti rayap atau serangga lainnya. Tenun cual tidak boleh di Dry Clean dan di Loundry hanya boleh angin-anginkans etelah dipakai.
Jangan dijemur di bawah sinar matahari langsung. Sebaiknya digantung menggunakan hanger lalu diangin-anginkan di tempat yang teduh dan dibalik.
Saat menstrika jangan terlalu panas dan dibalik, jangan menstrika di atas permukaan atau lapisi menggunakan sapu tangan.
Simpan di tempat yang teduh, tidak terkena sinar lampu dan matahari secara langsung.
Jika ingin memberi kapur barus, bungkus terlebih dahulu. (src:visitbangkabelitung)
Demikian pula halnya dengan para pekerja turunan Cina yang didatangkan oleh Pemerintahan Belanda guna dipekerjakan sebagai kuli-kuli parit timah negeri. Dari kaum wanitanya di negeri Muntok, banyak melakukan kegiatan bertenun membuat kain dan selendang dari sutera dan diantaranya adapula dipadukan dengan benang emas, khusus didatangkan dari negeri luar pakaian-pakaian wanita dan sebagainya. Kain hasil tenunan masyarakat Muntok dikenal dengan nama Kain Cual, yang banyak pula yang diperdagangkan oleh negeri lain, seperti : ke Palembang, Belitung, Pontianak, Singapura dan daratan Malaya dll.
Harga selembar kain tenun atau selendang cukup murah waktu itu, sekitar ₤.25 (dua puluh lima gulden) hingga mencapai ₤.100 (seratus gulden).
Memang kebiasaan serta keahlian bertenun itu, mulanya berasal dari kaum wanita keturunan Ence’ Wan Abdul Haiyat dari Siantan. Kain Cual tenunan Muntok sempat terkenal waktu itu di negeri lain, seperti Malaka, daratan Sumatera, Jawa, Johor dsb. nya, selain tenunannya halus dan motifnya menarik, juga tidak mudah luntur. Kain Cual ini kebanyakan bermotifkan bunga-bunga yang indah, yang sekilas kalau dipandang nampak bunga-bunga tadi timbul, yang saat itu sangat jarang ditemui, namun sayangnya kelangsungan kegiatan ini tidak bertahan lama dan sejak perang raya melanda Eropah pada tahun 1914 hingga tahun 1918, harga-harga barang melonjak tinggi, akhirnya banyak persedian barang menjadi menipis, termasuk pula untuk pengadaan bahan benang emas, sutera dan benangbenang lainnya, yang banyak kosong di pasaran, baik di Muntok sendiri bahkan Singapura sekalipun. Dengan keadaan yang sulit itu, akhirnya petenun-petenun di Muntok menghentikan kegiataannya untuk memproduksi kain Cual dan selanjutnya kain cual sempat terkenal itu lenyap dan tidak pernah lagi ditemukan orang. (src:Kutipan R. Achmad (1936) bab 28. Sumber foto : Museum Tropen. Dikutip Dari FB Atok Usang)