Menenun cual awalnya merupakan aktivitas perempuan Bangsawan Muntok,
Bangka Barat, keturunan Ence' Wan Abdul Haiyat di Kampung Petenon, pada
abad ke-18. Tenun cual mulanya merupakan kain adat Muntok yang berarti
celupan awal pada benang yang akan diwarnai.
Tenun cual merupakan perpaduan antara tekhnik songket dan tenun ikat,
namun yang menjadi ciri khasnya adalah susunan motif menggunakan tekhnik
tenun ikat. Jenis motif tenun cual antara lain susunan motif bercorak
penuh (Pengantek Bekecak), dan motif ruang kosong Jande Bekecak). Cual
Bangka dahulu dikenal dengan nama Limar Muntok. Sekilas motif kain tenun
cual nampak seperti songket palembang. Yang membedakan adalah jika
pada Songket palembang motif diambil dari bentuk-bentuk bunga seperti
cempaka atau bunga cengkeh, maka cual mengambil motif bentuk-bentuk alam
dari tumbuh-tumbuhan dan hewan, seperti motif kucing atau bebek, bunga
mawar, dan lain-lain yang jika dilihat dari jauh akan timbul motifnya.
Fungsi sosial dari tenun cual adalah sebagai pakaian kebesaran
lingkungan Muntok, pakaian pengantin dan pakaian pada hari-hari
kebesaran Islam dan adat lainnya, sebagai hantaran pengantin ataupun
mahar yang langsung menggambarkan status sosial (pangkat dan kedudukan)
seseorang pada masa itu. Dahulu, kehalusan tenunan, tingkat kerumitan
motif dan warna pada tenun cual mengandung filosofi hidup sebagai hasil
perjalanan religius penenunnya.
Tenun cual sangat terkenal karena tekstur kainnyaa/yang begitu halus,
warna celupan benangnya tidak berubah, dan ragam motif seakan timbul,
jika dipandang dari kejauhan. Peminat tenun cual pun hingga ke luar
Bangka, sehingga diperjualkan pula ke Palembang, Belitung, Pontianak,
Singapura dan Tanah Melayu lainnya. Hal ini menyebabkan pengguna tenun
cual tidak lagi hanya pada keturunan Bangsawan Mentok.
Tahun 1914 hingga 1918, terjadi perang besar melanda Eropa yang
menyebabkan terputusnya bahan baku tenun cual. Masuknya tekstil dari
Cina menjadi pelengkap orang-orang Muntok meninggalkan kerajinan tenun
cual. Tahun 1990, Perindustrian Kota Madya pangkalpinang menggalakan
kembali keraj inan cual di Bangka. Kelompok usaha kerajinan cual yang
terdiri dari anggota, keluarga tersebut diketuai oleh Masliana.Tahun
2003 Maslina membentuk Koperasi Tenun Kain Cual Khas Bangka. Kini ada 40
perajin cual yang tersebar di kota maupun kabupaten di Bangka Belitung.
Produk dan Kapasitas Produksi
Tenun Cual untuk wanita & pria, (324 stel/ tahun).
Kemeja & bahan motif cual tekhnik printing, pesanan dalam jumlah banyak, ready stock (6000 meter/ tahun).
Kemeja & bahan sarimbit motif cual tekhnik cap, stock terbatas,
sesuai pesanan, wania dan motif bisa khusus (2400 meter/tahun).
Cendramata dan aksesoris khas Bangka, seperti hiasan dinding, syal, mainan kunci dll.
Melayani training/ magang tekhnik menenun cual.
Unit penjualan bahan baku & peralatan (60 unit/tahun).
Unit simpan pinjam khusus bagi perajin.
Kualitas Tenun Cual
Kualitas I (sehelai benang pakan), selendang besar (P.225 cm, L.56cm)
Bahan baku sutra tanpa campuran, Rp. 7.500.000,- s/d Rp. 19.000.000,-
Kualitas II (dua helai benang pakan), selendang Besar (P.225cm, L.56cm)
Bahan baku sutra tanpa campuran, Rp. 3.500.000,- s/d Rp. 6.700.000,-
Kualitas I (sehelai benang pakan), selendang kecil (P. 190cm, L.56cm)
Bahan baku sutra tanpa campuran, Rp. 2.800.000,- s/d Rp. 3.400.000,-
Kualitas II (dua helai benang pakan), selendang kecil (P. 190cm,
L.56cm) Bahan baku sutra tanpa campuran, Rp. 1.800.000,-s/d Rp.
2.800.000,-
Kualitas III (tiga helai benang pakan), selendang kecil(P.190cm,
L.56cm) Bahan baku sutra tanpa campuran, Rp. 1.300.000,- s/d Rp.
1.700.000,-
Tips Merawat Tenun Cual
Tenun cual sebaiknya digulung mengelilingi batang pralon yang dilapisi dahulu dengan kertas minyak, atau kertas copy.
Lalu dimasukkan ke dalam tabung atau dibungkus plastik lalu disimpan dalam lemari kayu.
Jauhkan dari cahaya matahari langsung dan air.
Tabung atau lemari penyimpanan diberi lada atau cengkeh yang ditakuti
rayap atau serangga lainnya. Tenun cual tidak boleh di Dry Clean dan di
Loundry hanya boleh angin-anginkans etelah dipakai.
Tips Merawat Bahan Motif Cual Tekhnik Cap
Agar warna alam pada bahan tersebut dapat tahan lajna hendaknya tidak
mencucinya dengan mesin cuci. Jangan direndam terlalu lama, sebaiknya
dicuci menggunakan shampoo atau sabun khusus (lerak)
Jangan dijemur di bawah sinar matahari langsung. Sebaiknya digantung
menggunakan hanger lalu diangin-anginkan di tempat yang teduh dan
dibalik.
Saat menstrika jangan terlalu panas dan dibalik, jangan menstrika di atas permukaan atau lapisi menggunakan sapu tangan.
Simpan di tempat yang teduh, tidak terkena sinar lampu dan matahari secara langsung.
Jika ingin memberi kapur barus, bungkus terlebih dahulu. (src:visitbangkabelitung)
Demikian pula halnya dengan para pekerja turunan Cina yang
didatangkan oleh Pemerintahan Belanda guna dipekerjakan sebagai
kuli-kuli parit timah negeri. Dari kaum wanitanya di negeri Muntok,
banyak melakukan kegiatan bertenun membuat kain dan selendang dari
sutera dan diantaranya adapula dipadukan dengan benang emas, khusus
didatangkan dari negeri luar pakaian-pakaian wanita dan sebagainya. Kain
hasil tenunan masyarakat Muntok dikenal dengan nama Kain Cual, yang
banyak pula yang diperdagangkan oleh negeri lain, seperti : ke Palembang, Belitung, Pontianak, Singapura dan daratan Malaya dll.
Harga selembar kain tenun atau selendang cukup murah waktu itu, sekitar
₤.25 (dua puluh lima gulden) hingga mencapai ₤.100 (seratus gulden).
Memang kebiasaan serta keahlian bertenun itu, mulanya berasal dari kaum
wanita keturunan Ence’ Wan Abdul Haiyat dari Siantan. Kain Cual tenunan
Muntok sempat terkenal waktu itu di negeri lain, seperti Malaka,
daratan Sumatera, Jawa, Johor dsb. nya, selain tenunannya halus dan
motifnya menarik, juga tidak mudah luntur. Kain Cual ini kebanyakan
bermotifkan bunga-bunga yang indah, yang sekilas kalau dipandang nampak
bunga-bunga tadi timbul, yang saat itu sangat jarang ditemui, namun
sayangnya kelangsungan kegiatan ini tidak bertahan lama dan sejak perang
raya melanda Eropah pada tahun 1914 hingga tahun 1918, harga-harga
barang melonjak tinggi, akhirnya banyak persedian barang menjadi
menipis, termasuk pula untuk pengadaan bahan benang emas, sutera dan
benangbenang lainnya, yang banyak kosong di pasaran, baik di Muntok
sendiri bahkan Singapura sekalipun. Dengan keadaan yang sulit itu,
akhirnya petenun-petenun di Muntok menghentikan kegiataannya untuk
memproduksi kain Cual dan selanjutnya kain cual sempat terkenal itu
lenyap dan tidak pernah lagi ditemukan orang. (src:Kutipan R. Achmad (1936) bab 28. Sumber foto : Museum Tropen. Dikutip Dari FB Atok Usang)